Hampir setiap hari kita membuat keputusan, baik untuk hal-hal sederhana seperti, ah hari ini aku akan membuat sambal ulek untuk makan nanti, ataupun keputusan penting yang menentukan dan mempengaruhi masa depan.
Kadang kala di saat kita mengambil sebuah keputusan, kita tidak terlalu berpikir mendetail, hanya secara global saja kita pikirkan, selebihnya, pasti ada jalan keluarnya nanti.
Akhir minggu lalu kulewatkan bersama teman-temanku di Paris, banyak cerita dan pelajaran baru yang bisa dipetik, berdasarkan pengalaman mereka, yang membuatku berpikir lagi untuk mengambil suatu keputusan.
Perempuan itu berada di akhir usia 30, ia hidup sendirian dan sangat sibuk dengan pekerjaannya sampai tidak mempunyai waktu untuk kehidupan pribadinya.
Begini ceritanya:
Saya mencintai gurun, sudah 7 kali saya mengunjungi berbagai gurun, suatu ketika, di gurun di Lybia, saya jatuh cinta kepada seorang pria gurun, dan kami menikmati kisah cinta 1001 malam hanya dalam seminggu kebersamaan kami.
Kehidupan pria nomaden itu tidak menghalangi keputusan yang akhirnya dibuatnya. Ia begitu mempesona, katanya.
Sepulang dari perjalanannya itu ia mendapati dirinya hamil, dengan penuh suka cita dan rasa syukur ia memutuskan untuk memelihara kehamilannya, pikirnya, mungkin ini adalah satu-satunya kesempatanku yang terakhir.
Bayi lelaki itu begitu tampan dan eksotis, pastilah suatu saat nanti akan menjadi bintang ternama, tapi katanya, semua yang terjadi bagaikan mukjisat, setiap detiknya saya nikmati, dan saya amat bahagia, dan anak lelakiku melebihi dari apa yang pernah saya bayangkan.
Ia berkata lagi; ia adalah pelitaku, bila saya putus asa atau tidak tahu apa yang harus dilakukan, saya yakin dan percaya anakku lebih tahu..
Dia pulalah alasanku untuk tetap punya goal dan semangat baru.
petite famille
Sebersit tersirat, nekat benerr, apakah itu artinya hanya memikirkan diri sendiri saja? Ternyata tidak juga, karena ia telah berusaha menghubungi si ayah dan menyimpan semua dokumen yang diperlukan, termasuk slip bukti telepon bila suatu saat sang anak menanyakan ayahnya, ia mempunyai bukti bahwa ia telah berusaha menghubungi lelaki gurun itu.
Tapi sungguh membuatku berpikir, betapa besar tanggung jawab dari sebuah keputusan yang diambilnya. Sebuah keputusan yang berani, karena melibatkan orang lain, biarpun anaknya sendiri.
Sekarang, apakah kita sudah benar-benar memikirkan konsekuensi dari sebuah keputusan? seperti misalnya bila kita putuskan menaruh banyak cabe dalam sambal ulek kita, maka nanti akan kepedasan dan sakit perut?
Bagaimanapun, asalkan kita sudah siap dengan setiap keputusan dan konsekuensinya... ya jalani saja.. pasti ada hikmah dari semuanya..