Tuesday, October 25, 2005

Hasil Kerja atau Keramahan?

Setelah sebulan menikmati masa kerja, banyak hal2 yang bikin senang, dan juga bikin bete, senang karena bisa merasa eksist kembali, walau belum in full existance, tapi sudah lumayan mengobati masa kangen

Bete karena pada awal2 aga2 kaku bekerja di sisi sebaliknya tempat dulu bekerja, yang dulu biasanya dilayani, sekarang saya yang melayani, tapi, trimakasih pada para guruku yang sudah mentransfer ilmu mereka dengan gigihnya, sehingga biar di negri orang, saya tetap bisa survive.

Kwalitas yang utama kata mereka dulu, jangan bikin malu alumni, dooh... segitunya... tapi selama hidup di perantauan, kata2 mereka ada benarnya juga, setelah lulus, ada rasa tanggung jawab untuk menjaga nama baik itu.

Di tempat kerja yang sekarang, mereka kerja bagaikan mesin, artinya, tidak ada habisnya, banyak sekali pasiennya, seolah orang senegri Pau sakit gigi semua, rebutan untuk mendapat jadwal, tidak heran, dokter giginya baik sekali, dia ingat semua detail yang diceritakan paseinnya, dan selalu bersikap seolah2 hanya mereka satu2nya pasien terpenting beliau.

Beliau ingat, apa yang direncanakan paseinnya minggu lalu, misalnya pergi ke pesta pernikahan, atau nama cucu mereka yang baru lahir, dan selalu riang gembira, sering pasein terpingkal2 di dental unit, seolah sedang menonton lawakan jojon. Sementara tadinya datang dengan muka ditekuk sebelas. Bahkan walikota Pau pun menjadi paseinnya.

Human relation dan approachal nya bagus sekali, berakibat pada saya yang kerepotan dengan telepon yang masuk, yang ingin bicara untuk konsultasi langsung, atau membawa alasan bahwa "kata dokternya saya bisa datang antara dua janji orang lain", sementara jadwal beliau sudah padat sekali bahkan untuk 3 bulan kedepan, tetapi minta diselip2 di sana sini.

Repotnya menghadapi orang prancis yang sakit gigi di telpon, kuping jadi bagai tempat sampah, dan diantara mereka banyak juga yang ingin ketemu lagi dengan dokternya karena, tambalan yang copot, gigi palsu yang patah, terlalu longgar atau terlalu kencang, tambalan terlalu tinggi, abses yang belum sembuh juga, yang tentu saja mengganggu aktifitas keseharian mereka.

Benar sekali dokter gigi ini bagus human relationnya, sangat baik hati dan ramah sekali sehingga para paseinnya merasa nyaman biarpun disakiti... tetapi mungkin karena tidak pernah di jejali oleh para dosennya, "jangan memalukan nama alumi" sehingga harus mengalami pasien yang harus datang kembali dengan keluhan pasca perawatan.

Terima kasih para dosenku, hingga hari terakhir bekerja sebagai dokter gigi di Jakarta, saya tidak pernah mengalami keluhan pasca perawatan.. Semoga suatu hari ilmu yang diberikan, benar2 bisa saya terapkan di negri orang, aminn..