Friday, July 25, 2008

Bukan Kerata Kencana

Pada waktu saya kecil, mama mempunyai kotak perhiasan yang berbentuk kereta kencana mungil, berwarna putih gading dengan roda, jendela dan lampu2nya yang berwarna keemasan.
Yang ketika atapnya dibuka akan terlihat kotak kecil yang dilapisi kain beludru merah dan terdengar sebuah melodi..

Waktu itu saya berpikir kereta kencana itu adalah mainan untuk saya, dan saya tidak pernah bosan membuka tutup atapnya hanya untuk mendengarkan melodinya, sambil berkhayal dan mengarang cerita tentang kereta kencana itu, meskipun saya tau sejak dini, bahwa kereta kencana itu hanya nyata di negri dongeng.

Saya tidak pernah tertarik akan isi kotak beludru, perhiasan milik mama, dan beliau tahu itu, sehingga sering membiarkan saya bermain2 dengan kereta kencananya.

Belasan tahun kemudian, saya mendaki Gunung Gede dengan beberapa teman karib, dan salah satu sahabat baik saya, ia terserang hypothermia, tengah malam, di tengah perjalanan, dia menggiggil dan mengigau, saya dan teman yang lain hanya bermodal dua baju panas, kami berikan padanya sambil menggosok2 badannya, lupa dan tidak perduli dengan hawa dingin yang juga akan menyerang kami karena kini hanya ada satu lapis baju panas saja yang menempel di badan kami...
hanyalah rasa panik, dan kuatir...

Kondisi sahabat saya itu membaik setelah beberapa jam kemudian dan kami meneruskan perjalanan itu, berpapasan dengan para pendaki yang lain, terkadang dilalui oleh mereka yang berjalan lebih cepat daripada kami.

Jalanan semakin mendaki, kami melihat teman2 lain yang dengan riangnya turun gunung, dan menanyakan setiap kalinya, apakah puncaknya masih jauh? Dijawab dengan kalimat yang sama, tidak, sebentar lagi.. dan itu menimbulkan semangat baru..

Pada saat kami berada diujung patah semangat, dengan rasa lelah tak tertahankan setelah belasan jam hanya mendaki.. dan rasa ingin berhenti berada di setiap tarikan nafas, tapi setiap kalinya, berkata pada diri sendiri, ayo, satu tanjakan lagi, saya akan istirahat... tiba2 jalanan menjadi dataran rata dengan pemandangan menakjubkan.. padang edeilweis ditengah halimun!!

Entah ke mana rasa lelah yang tadi.. seolah hilang pula bersama kabut halimun..

Seiring dengan perjalanan saya mendaki gunung kehidupan, saya juga melaluinya selangkah demi selangkah, bukan dengan kereta kencana, kali ini saya tidak takut lagi dengan rasa lelah..
dan teringat kembali akan kalimat dari buku, yang sedang saya baca.. (di mana sang datuk itu juga berada di pegunungan pyrénées..;)) kita hanya bisa memberikan apa yang kita miliki....

Friday, July 18, 2008

Kucing

Dahulu kala, dari sebuah negri entahlah berantah, ada seorang kakek yang tidak sengaja membunuh kucing kesayangan cucunya, dengan niat baik yang pada awalnya, beliau menyemprot badan kucing itu dengan baygon, karena ingin membunuh para kutu yang telah seminggu menghuni dan bersembunyi di balik bulu tebalnya..
tentu saja sebagaimana kucing lainnya yang senang menjilati tubuhnya teracuni secara tidak sengaja..

Dulu beliau berkata, ibarat kucing yang selalu tau jalan pulang, kemanapun dia pergi.. akan tau dimana rumahnya..
Mungkin karena kehidupan kucing lebih sederhana, hanya makan tidur dan menjilati tubuhnya.. tanpa pernah.. mungkin.. merasa sedih atau patah hati...
Saya bukan kucing, jadi saya tidak terlalu tau, apa yang terjadi di dalam pikirannya..

Bagaikan berjalan di antara ngarai, pemandangannya begitu indah, dan bagaikan suara lembut kepak sayap elang yang masih terdengar gemanya..sampai sayup-sayup hilang tertiup angin, gema itu masih beresonansi di hati saya..

Mungkin saya memerlukan angin topan beliung untuk menepis hilang gema itu, karena ketika dalam langkah mencari jalan pulang, saya berpapasan lagi dengan si penggemar kopi hitam tanpa gula, gaungnya masih terdengar... mungkinkah kita mendengar gema yang sama?
Atau.. dialah sumber gema itu?

Kakek itu juga pernah bilang, kita menghirup udara yang sama, dan garam adalah garam, tetap akan asin di manapun dan siapapun yang memakannya..
Jadi, diapun pasti mendengar gema itu..

Dan saya ingin seperti kucing yang tau jalan pulang, atau tepatnya dimana alamat rumah itu..
Walaupun mungkin saya akan mendengar gema2 yang lain, atau ada angin puting beliung... saya akan tetap meneruskan perjalanan saya..

Wednesday, July 16, 2008

Fire works

Sengaja menempuh jarak ratusan kilometer hanya untuk melihat pesta kembang api..
yang sebetulnya bisa juga saya lihat di kota tempat saya tinggal..

Pada waktu berangkat, entah kenapa saya merasa yakin harus menunggu kereta selanjutnya selama 30 menit.. yang kemudian saya pergunakan waktu itu untuk ngopi sambil mengenang kali terakhir saya datang ke kota itu...

Kali ini, saya tidak merasakan adrenalin berenang2 di pembuluh darah saya.. atau rasa ketidak sabaran yang menggebu-gebu.. seperti tempo hari..
Teringat kembali akan janji dan harapan yang saya buat pada waktu itu..

Ternyata saya ketinggalan kereta, yang berangkat lebih cepat dari waktu yang saya yakini.. dan saya harus menunggu lagi satu jam lebih lama untuk kereta selanjutnya..
Satu jam untuk melihat kembali bangku yang pernah saya duduki delapan bulan yang lalu.

Inilah susahnya mempunyai memori fotografik, bagaikan menonton film, seolah2 saya melihat lagi diri saya di sana, berbinar2, penuh cinta dan harapan, dan kemudian menaiki kereta pulang dengan perasaan rindu.

Kini hanya tinggal sepotong ingatan yang tertinggal, tapi akan terbawa terus selama saya masih bernafas.

Pesta kembang api di kota yang konon paling romantis, saya nikmati dengan perasaan biasa-biasa saja..
Mungkin karena saya menunggu percikan yang lain, yang tidak mau secara jujur saya akui?
Dan ratusan kilometer yang saya tempuh itu hanyalah sebagai dalih, untuk lari dari kejujuran itu?

Karena pernah saya alami, walaupun tidak ada pesta kembang api..
percikan2 itu pernah memenuhi seluruh hati saya..

Semoga, ketinggalan kereta tempo hari itu, bukanlah metafora dari kehidupan saya..

Wednesday, July 09, 2008

Menengok ke belakang

Banyak yang terjadi, selingan sebentar atau tanpa sengaja mengisi lembaran kosong dengan tulisan warna warni diselingi gambar kupu2..
Mencoba menyukai kopi tanpa susu.. dan menikmatinya..
tapi favorit saya tetaplah cappucino, jadi saya kembali meminum kopi susu yang selalu bisa saya nikmati dengan senyuman walaupun sendirian..

Dalam kesendirian, saya masih bertanya2 pada diri sendiri, dan masih mencoba mencari jawaban..
berarti... saya tau kalau saya belum berdamai.

Tidak ada yang sempurna, dan yang saya alami semenjak awal taun, adalah contoh sempurna bahwa saya bukan sumber masalah, atau dengan sengaja mengundang masalah.

Gang-gang yang saya lewati bukanlah jalan pintas, tapi merupakan jalan yang harus saya tempuh, mungkin waktu itu saya berpikir akan dapat memandangi pelangi dengan lebih baik..?

Begitu pendeknya gang yang saya lewati, hingga tak terasa saya berada lagi di persimpangan dan melanjutkan perjalanan itu sendirian, kali ini tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal.

Walaupun sempat hang over dengan sisa serotonin, dan bagaikan linglung di tengah keramaian, sedikit demi sedikit saya bisa tetap dengan jelas, tahu kemana saya harus terus melangkahkan kaki, dan bisa menghindari duri dibalik bunga mawar itu..

Saya tidak mau menyentuhnya, hati saya berkata, walaupun sangat indah dan cantik..
dan saya masih belum sembuh dari tusukan duri kemarin.

Tapi saya pernah lengah, ketika saya terpapar dengan bahan halusinogen, kemudian bernafas dalam ilusi dan menganggap kupu2 yang bersayap seindah sayap bidadari, menari2 dengan lenggoknya bisa saya tangkap..

Tapi untunglah saya cepat menyadari.. kita tidak selalu bisa memiliki dan mengurung keindahan milik alam semesta..

Tuesday, July 01, 2008

I'm stuborn...

I'm not strong enough..
even though with the smile in my face everytime I cross the street..
and see the reflection of myself in the miror of the etalage..
even with the narsistic theme in my head..
deep down, I still want to know, where my feet stand, and go..

Being stuborn is both my weakness and my greatness..
Stuborn to hope, which sometimes end up being dissapointed..
Stuborn to continue the road, even finally I have to make another turn because I'm lost..
Stuborn to climb the montain, even I fell a lot or times, then stuborn not to give up and continue climbing, because I know, the view is so beautiful up there.. even though I've never seen it yet...
and stuborn to give all I have, all my heart, everytime.. even it will end up being broken hearted..
Then stuborn to pick up all my peaces, take all the time I need to remend it, then start again..
And for all those times of stuborness, I can always enjoy the smell of the roses and the beauty of the butterflies..
so... I'm not sorry for being stuborn..