Kucing
Dahulu kala, dari sebuah negri entahlah berantah, ada seorang kakek yang tidak sengaja membunuh kucing kesayangan cucunya, dengan niat baik yang pada awalnya, beliau menyemprot badan kucing itu dengan baygon, karena ingin membunuh para kutu yang telah seminggu menghuni dan bersembunyi di balik bulu tebalnya..
tentu saja sebagaimana kucing lainnya yang senang menjilati tubuhnya teracuni secara tidak sengaja..
Dulu beliau berkata, ibarat kucing yang selalu tau jalan pulang, kemanapun dia pergi.. akan tau dimana rumahnya..
Mungkin karena kehidupan kucing lebih sederhana, hanya makan tidur dan menjilati tubuhnya.. tanpa pernah.. mungkin.. merasa sedih atau patah hati...
Saya bukan kucing, jadi saya tidak terlalu tau, apa yang terjadi di dalam pikirannya..
Bagaikan berjalan di antara ngarai, pemandangannya begitu indah, dan bagaikan suara lembut kepak sayap elang yang masih terdengar gemanya..sampai sayup-sayup hilang tertiup angin, gema itu masih beresonansi di hati saya..
Mungkin saya memerlukan angin topan beliung untuk menepis hilang gema itu, karena ketika dalam langkah mencari jalan pulang, saya berpapasan lagi dengan si penggemar kopi hitam tanpa gula, gaungnya masih terdengar... mungkinkah kita mendengar gema yang sama?
Atau.. dialah sumber gema itu?
Kakek itu juga pernah bilang, kita menghirup udara yang sama, dan garam adalah garam, tetap akan asin di manapun dan siapapun yang memakannya..
Jadi, diapun pasti mendengar gema itu..
Dan saya ingin seperti kucing yang tau jalan pulang, atau tepatnya dimana alamat rumah itu..
Walaupun mungkin saya akan mendengar gema2 yang lain, atau ada angin puting beliung... saya akan tetap meneruskan perjalanan saya..
tentu saja sebagaimana kucing lainnya yang senang menjilati tubuhnya teracuni secara tidak sengaja..
Dulu beliau berkata, ibarat kucing yang selalu tau jalan pulang, kemanapun dia pergi.. akan tau dimana rumahnya..
Mungkin karena kehidupan kucing lebih sederhana, hanya makan tidur dan menjilati tubuhnya.. tanpa pernah.. mungkin.. merasa sedih atau patah hati...
Saya bukan kucing, jadi saya tidak terlalu tau, apa yang terjadi di dalam pikirannya..
Bagaikan berjalan di antara ngarai, pemandangannya begitu indah, dan bagaikan suara lembut kepak sayap elang yang masih terdengar gemanya..sampai sayup-sayup hilang tertiup angin, gema itu masih beresonansi di hati saya..
Mungkin saya memerlukan angin topan beliung untuk menepis hilang gema itu, karena ketika dalam langkah mencari jalan pulang, saya berpapasan lagi dengan si penggemar kopi hitam tanpa gula, gaungnya masih terdengar... mungkinkah kita mendengar gema yang sama?
Atau.. dialah sumber gema itu?
Kakek itu juga pernah bilang, kita menghirup udara yang sama, dan garam adalah garam, tetap akan asin di manapun dan siapapun yang memakannya..
Jadi, diapun pasti mendengar gema itu..
Dan saya ingin seperti kucing yang tau jalan pulang, atau tepatnya dimana alamat rumah itu..
Walaupun mungkin saya akan mendengar gema2 yang lain, atau ada angin puting beliung... saya akan tetap meneruskan perjalanan saya..
0 Comments:
Post a Comment
<< Home