Tuesday, May 17, 2005

Sebuah Keputusan

Hampir setiap hari kita membuat keputusan, baik untuk hal-hal sederhana seperti, ah hari ini aku akan membuat sambal ulek untuk makan nanti, ataupun keputusan penting yang menentukan dan mempengaruhi masa depan.

Kadang kala di saat kita mengambil sebuah keputusan, kita tidak terlalu berpikir mendetail, hanya secara global saja kita pikirkan, selebihnya, pasti ada jalan keluarnya nanti.

Akhir minggu lalu kulewatkan bersama teman-temanku di Paris, banyak cerita dan pelajaran baru yang bisa dipetik, berdasarkan pengalaman mereka, yang membuatku berpikir lagi untuk mengambil suatu keputusan.

Perempuan itu berada di akhir usia 30, ia hidup sendirian dan sangat sibuk dengan pekerjaannya sampai tidak mempunyai waktu untuk kehidupan pribadinya.

Begini ceritanya:
Saya mencintai gurun, sudah 7 kali saya mengunjungi berbagai gurun, suatu ketika, di gurun di Lybia, saya jatuh cinta kepada seorang pria gurun, dan kami menikmati kisah cinta 1001 malam hanya dalam seminggu kebersamaan kami.

Kehidupan pria nomaden itu tidak menghalangi keputusan yang akhirnya dibuatnya. Ia begitu mempesona, katanya.

Sepulang dari perjalanannya itu ia mendapati dirinya hamil, dengan penuh suka cita dan rasa syukur ia memutuskan untuk memelihara kehamilannya, pikirnya, mungkin ini adalah satu-satunya kesempatanku yang terakhir.

Bayi lelaki itu begitu tampan dan eksotis, pastilah suatu saat nanti akan menjadi bintang ternama, tapi katanya,
semua yang terjadi bagaikan mukjisat, setiap detiknya saya nikmati, dan saya amat bahagia, dan anak lelakiku melebihi dari apa yang pernah saya bayangkan.

Ia berkata lagi; ia adalah pelitaku, bila saya putus asa atau tidak tahu apa yang harus dilakukan, saya yakin dan percaya anakku lebih tahu..
Dia pulalah alasanku untuk tetap punya goal dan semangat baru.

petite famille
Sebersit tersirat, nekat benerr, apakah itu artinya hanya memikirkan diri sendiri saja? Ternyata tidak juga, karena ia telah berusaha menghubungi si ayah dan menyimpan semua dokumen yang diperlukan, termasuk slip bukti telepon bila suatu saat sang anak menanyakan ayahnya, ia mempunyai bukti bahwa ia telah berusaha menghubungi lelaki gurun itu.
Tapi sungguh membuatku berpikir, betapa besar tanggung jawab dari sebuah keputusan yang diambilnya. Sebuah keputusan yang berani, karena melibatkan orang lain, biarpun anaknya sendiri.
Sekarang, apakah kita sudah benar-benar memikirkan konsekuensi dari sebuah keputusan? seperti misalnya bila kita putuskan menaruh banyak cabe dalam sambal ulek kita, maka nanti akan kepedasan dan sakit perut?
Bagaimanapun, asalkan kita sudah siap dengan setiap keputusan dan konsekuensinya... ya jalani saja.. pasti ada hikmah dari semuanya..

3 Comments:

Blogger frufundersam said...

keputusan macam apapun pasti ada resikonya rat... entah itu dipikirin detail ato enggak.

baca crita dikau ini mengingatkan daku crita sama ttg seorang wanita eropa (duh lupa namanya) yg memutuskan menikah dg seorang pria dari suku pedalaman yg ada di afrika... si wanita dg tulusnya meninggalkan segala kehidupan sebelumnya n masuk ke kehidupan keluarga barunya... at the end si wanita n putrinya memutuskan untuk kembali ke eropa n nerbitin buku perjalanan hidupnya dg sang pria...

tapi sayang apapun yg mendasari keputusannya tetep aja daku sulit untuk mengerti... he he he

9:00 PM, May 17, 2005  
Anonymous Anonymous said...

aku kalo urusan yg kecil2 mutusinnya pake basis "cincay" ajah toh impact-nya minor. tapi kalo udah urusan yg gede wah... rat, bisa dipikirin berhari-hari.
kembali ke postingan kamu, aku salut sama si wanita itu. kenapa? satu, dia memilih memikul tanggung jawab sendiri tanpa risau melibatkan orang lain. dua, dia sudah melengkapi diri dengan jawaban seandainya si anak akan bertanya di kemudian hari. menurutku wanita ini orang yang bijak dan tidak "selfish".

good one say!

1:43 AM, May 18, 2005  
Anonymous Anonymous said...

Kalo lagi mikir gue suka.. can handle it? or can take the consequences? kalo gue pikir gak bisa.. ya udah gak deh.. well mostly urusan cowok hehehe maklum masih single.. kalo gue pikir gue gak bisa handle nanti gimana gimana.. jadinya udah gue lewat.. kalo lagi gawe juga gitu.. kalo nanti ada apa apa.. bisa gak gue handle.. kalo bisa.. ya lanjuuuttt terus.. mostly karena gue orangnya sensible hehehe.. jadinya semua musti dipikirin.. makanya udah beruban banyak nih sekarang! Kebanyakan mikirrr

7:15 AM, May 19, 2005  

Post a Comment

<< Home