Debu
Sambil berusaha menelan ludah di mulut yang kering, karena seolah cairan tubuh semua bekumpul di sebuah kantung, terasa hangat dan akrab.. dan berat..
Saya duduk manis mendengarkan lagu.. yang liriknya dari bahasa yang kurang saya mengerti.
Rasa ludah itu tidak pahit, walau adalah kepahitan yang ditelan.
Katanya lirik lagu itu, bersamamu kutemukan kedamaian..
Saya mencoba tersenyum..
Mengatakan pada diri sendiri, ya saya tahu seperti apa rasanya..
Apakah kedamaian yang saya rasakan kemarin itu?
Bukan.
Hanyalah gemuruh... dengan kelembaban tinggi tetapi hujan tidak pernah datang..
Disertai angin puting beliung..
Menerbangkan dedaduan dan debu.
Dia hanyalah bagian dari debu debu dari tapak perjalanan yang telah saya lewati
Itu yang ingin saya yakini.. Tetapi .....
ternyata sebuah debu... yang terselip di antara kelopak mata..
Perih..
Yang akhirnya tanpa dapat lagi saya kuasai..
Menumpahkan cairan hangat yang telah terkumpul di sana..
Saya duduk manis mendengarkan lagu.. yang liriknya dari bahasa yang kurang saya mengerti.
Rasa ludah itu tidak pahit, walau adalah kepahitan yang ditelan.
Katanya lirik lagu itu, bersamamu kutemukan kedamaian..
Saya mencoba tersenyum..
Mengatakan pada diri sendiri, ya saya tahu seperti apa rasanya..
Apakah kedamaian yang saya rasakan kemarin itu?
Bukan.
Hanyalah gemuruh... dengan kelembaban tinggi tetapi hujan tidak pernah datang..
Disertai angin puting beliung..
Menerbangkan dedaduan dan debu.
Dia hanyalah bagian dari debu debu dari tapak perjalanan yang telah saya lewati
Itu yang ingin saya yakini.. Tetapi .....
ternyata sebuah debu... yang terselip di antara kelopak mata..
Perih..
Yang akhirnya tanpa dapat lagi saya kuasai..
Menumpahkan cairan hangat yang telah terkumpul di sana..