Tuesday, November 06, 2007

Suatu Sore

Dia memakai rok terusan hitam pas badan setinggi paha dengan sepatu bootnya yang sebetis.
Rambutnya yang panjang beriap2 di punggungnya, tersenyum lebar ketika dia melihat kedatangan saya, yang.. just me.

Akhirnya Diva berhasil menculik saya diantara jadwal yang sibuk, antara pekerjaan, dan rasa malas keluar dari bawah selimut di hari nganggur saya.
Lihatlah Rat.. matahari bersinar dengan indahnya, kenapa sih kamu betah sekali tinggal di rumah dan nongkrong di depan laptopmu itu?

Saya bilang, saya tumbuh dengan matahari yang terik, jadi, ada atau tidak adanya sinar matahari tidak berpengaruh terhadap mood.
Justru saya lebih senang bila cuaca sendu dan berkabut, terasa romantis, sejuk, dan nyaman.
Nyaman untuk tetap tinggal di bawah selimut? Katanya.

Saya cuma cengengesan..
Kami berjalan berdua bergendengan, orang2 di sekitar mungkin berpikir kalau kita ini lesbian, karena jarang antara perempuan berpeganan tangan seperti layaknya pasangan.
Tapi kami tidak peduli.

Bagaimana ? Katanya. Sudah melewati malam bersamanya?
Maksudmu mengadon fetus?
Dia tertawa..
Saya geleng2 kepala..

Saya tahu sih pasti kamu bukan tipe seperti itu, jawabnya.
Oh, memang saya tipe seperti apa? Saya tanya dia.
Dia bilang, kamu tipe orang yang senang buang waktu dan buang kesempatan.

Pertama, saya bilang, fungsi fisiologis tubuh kita berbeda.
Kebutuhan akan air minum kamu tidak sama dengan saya.
Kedua, saya senang merasa penasaran dan sesuatu yang misterius
yang saya harus menerka2.
Ketiga dan terakhir, kamu betul, saya bukan tipe seperti itu.

Kenapa? Apa karena ternyata dia juga bau?
Alasan kamu pasti sekitar veromon, pakailah maskermu itu, katanya.
Justru... dia harum seperti bayi yang baru bangun tidur, jawab saya.
Lalu tunggu apa lagi? Tanyanya.

Saya bilang, sudahlah, jangan meminta saya meng ''justify'' setiap keputusan yang saya ambil.
Melelahkan..
Apapun alasan yang saya berikan, kamu tidak akan pernah mengerti.
Jangan menyuruh2 saya pergi ke toilet untuk menyisir rambut, karena saya senang dengan rambut saya biarpun kusut tidak karuan. Mengerti?

Seandainya si Octy ada di situ, pasti dia bisa membela saya.
Sayang dia harus tugas ke luar kota.
Dan si Bunga, sekali lagi dia harus menjaga anak tetangganya.
Octy akan mengerti kalau saya bilang, bukan telur dadar seperti itu yang saya mau, tanpa perlu penjelasan detail kenapa.

Well, sepert biasa, kamu cuma buang waktu, katanya menyerah.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home