Friday, May 11, 2007

Panggung dan Wayang

Kata lagu, dunia ini adalah panggung sandirwara, dimana kita adalah pemainnya.
Bapa bilang, kita ini hanyalah wayang, tergantung sang dalang yang tau jalan ceritanya dan bagaimana akhirnya... dimana mungkin sang dalang itu akan merubah skenario di pertengahan cerita?

Kalau memang dunia ini hanya panggung sandiwara, berarti kita memerankan sebuah peran, bagian dari inti cerita, sebagai pemain figuran, atau pemain utama, tapi kita akan selalu menjadi pemain utama dari cerita kita. Kadang terlihat seseorang yang hadir di kehidupan kita tidaklah begitu penting, hanya sekilas, dan terjadi secara kebetulan, tapi, tidak ada kebetulan yang kebetulan bukan?
Dan kemudian manusia punya pilihan, dari kebetulan2 itu kita tetap dapat membuat pilihan dan keputusan, yang tentunya sebetulnya sudah ada di skenario.

Kadang, kita bertemu dengan seseorang yang pada saat itu sangatlah penting bagi hati dan kehidupan kita, yang ternyata karena menurut skenario yang sudah tertulis tadi, jalan cerita dengan individu tersebut hanyalah sampai pada babak tertentu, lalu cerita berubah, tanpa melibatkan lagi individu yang kita pikir penting tadi.
Yang secara lahiriah akan terpisah samudra dan gunung2.
Tapi bila di skenario tertulis, setelah melewati ribuan mil lautan dan pegunungan, beratus bahkan beribu hari, maka di suatu titik altitude di bumi akan dipertemukan, maka akan bertemulah lagilah mereka.

Bagaimana isi skenario itu selanjutnya, akan tetap menjadi rahasia selamanya, kita tidak bisa berkolusi untuk siapapun untuk ngintip apa isinya.. tugas kita, hanyalah memerankan peran itu, untuk hari ini, besok.. tidak perlu ditunggu, karena akan tiba waktunya.

Manusia, dengan kompleksnya secara holistik, bukan hanya segumpal daging yang disokong tulang belulang, dengan sebongkah otak dan sepotong hati, tapi ada pula energi yang memancar dari sekelilingnya, dimana bagi individu yang terlatih atau melatih diri dapat mengenali frekwensi dari tiap lapisan energi yang dipancarkan oleh individu yang lain. Energi yang bisa dipancarkan karena pengaruh fisiologis, ataupun psikologis.

Kata bapa lagi, kita semua menghirup udara yang sama, apa yang kita rasakan disini, akan sama terasa di sana, begitu sebaliknya.
Tapi ada juga yang ternyata tidak seudara, yang bagai magnet dari kutub yang sama akan saling bertolakan. Bagaimana kita bisa mengetahui apakah ia seudara atau tidak?

Hanya waktulah yang bisa menentukan, diselingi dengan gambaran2 dan pertanda lewat intuisi maupun situasi yang andai saja kita pintar membaca, semua telah tertulis nyata di sekitar kita, andai saja kita bisa membaca dengan mata hati, dan kemudian mendengarkan kata hati..
Mungkin segalanya akan lebih sederhana...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home