Di Café
Point de rendez-vous siang itu adalah Terrasse Bosquet,
Bagaimana tidurmu semalam?
Hmm...
Setelah lambrusco vini de medici ?
Atau setelah terpicu oleh serotonin?
Lagi2 dia cuma tersenyum.
Besok2 kita pesan Jurançon doux kalau kamu mau..
Dan kemudian tertawa2 lagi sepanjang jalan?
Jadi kamu ingat peristiwa semalam?
Yang mana? Yang saya berdalih mau memberi makan ikan di aquarium?
Atau waktu kamu berdalih soal antingmu itu dan sisanya?
Dia bilang sisanya..
Oooo itu, too bad saya mempunyai ingatan yang cukup baik, apalagi cuma beberapa jam yang lalu..
tapi itu hanya terucap di kepala, karena saya cuma bisa kelu dan tersenyum.
Setelah melewati beberapa air mancur di Place Clemenceau,
Bersama Diva, yang wajah dan penampilannya mirip dengan Naomi Campbell, kemudian Octy, yang mukanya mirip dengan Lucy Liu, bedanya mata Octy lebih simetris dan berbentuk sama.
Bunga tidak ikut karena harus menjaga anak tetangganya, jadi tidak lucu bila berbondong2 dengan 4 orang balita.
Kami pergi ke tempat mangkal yang sama, di kursi yang sama.
Di salah satu teras café di Boulevard des Pyrénées.
Kami senang mangkal disitu karena pelayannya yang tampan dan sexy.
Seperti biasa, pesanan kami selalu itu2 lagi.
Indian, campuran sirop grenadine dan orangina untuk Diva,
Expresso untuk Octy dan ... sebutlah namanya si Jek,
dan cappuccino untuk saya, dengan tambahan whip cream segunung.
Si pelayan tampan dan sexy itu kemudian melenggang pergi diiringi tarikan nafas Diva yang kentara.
Setelah berbasa basi sebentar dengan depresi sebagai topik pertama, ciri2 depresi, dan bagaimana cara berpura2 depresi supaya meyakinkan..
Kemudian cerita Diva yang mendatangi sex shop dengan berpura2 berbahasa inggris,
Dia ngomel2 sebentar karena merasa tertular oleh saya dengan selalu bertanya "kenapa" ke semua orang,
Lagi2 subyek diskusi siang itu adalah saya.
Jengah rasanya jadi topik utama sambil dipandangi si Jek.
Kenapa ya mereka itu tidak bosan2nya membahas saya?
Menyesal rasaya tadi saya memilih untuk naik bis
padahal si Jek menawarkan untuk menjemput.
Setidaknya dia bisa saya tatar dulu supaya tidak terlalu ekspresif di depan teman2 saya yang salah satu persamaan mereka adalah penasaran!
Keikut sertaan si jek pun diluar rencana, karena kami para perempuan membuat janji dadakan untuk berkumpul siang itu.
Untung si Jek di tunggu oleh teman2nya di Andora, yang memakan waktu berjam2 mengemudi ke sana, sehingga kemudian saya bisa bebas berbagi cerita tentang serotonin semalam dengan teman2 saya yang penasaran.
Et Alors.... kata mereka setelah dia pergi.
Aneh... kenapa terasa kosong setelah kepergiannya ya?
Feux vert kata Diva, alias lampu hijau!
padahal kupu2 itu sudah mengepakkan sayapnya dan menari2 di perut saya, tanpa menunggu persetujuan dari siapa2.
Bagaimana tidurmu semalam?
Hmm...
Setelah lambrusco vini de medici ?
Atau setelah terpicu oleh serotonin?
Lagi2 dia cuma tersenyum.
Besok2 kita pesan Jurançon doux kalau kamu mau..
Dan kemudian tertawa2 lagi sepanjang jalan?
Jadi kamu ingat peristiwa semalam?
Yang mana? Yang saya berdalih mau memberi makan ikan di aquarium?
Atau waktu kamu berdalih soal antingmu itu dan sisanya?
Dia bilang sisanya..
Oooo itu, too bad saya mempunyai ingatan yang cukup baik, apalagi cuma beberapa jam yang lalu..
tapi itu hanya terucap di kepala, karena saya cuma bisa kelu dan tersenyum.
Setelah melewati beberapa air mancur di Place Clemenceau,
Bersama Diva, yang wajah dan penampilannya mirip dengan Naomi Campbell, kemudian Octy, yang mukanya mirip dengan Lucy Liu, bedanya mata Octy lebih simetris dan berbentuk sama.
Bunga tidak ikut karena harus menjaga anak tetangganya, jadi tidak lucu bila berbondong2 dengan 4 orang balita.
Kami pergi ke tempat mangkal yang sama, di kursi yang sama.
Di salah satu teras café di Boulevard des Pyrénées.
Kami senang mangkal disitu karena pelayannya yang tampan dan sexy.
Seperti biasa, pesanan kami selalu itu2 lagi.
Indian, campuran sirop grenadine dan orangina untuk Diva,
Expresso untuk Octy dan ... sebutlah namanya si Jek,
dan cappuccino untuk saya, dengan tambahan whip cream segunung.
Si pelayan tampan dan sexy itu kemudian melenggang pergi diiringi tarikan nafas Diva yang kentara.
Setelah berbasa basi sebentar dengan depresi sebagai topik pertama, ciri2 depresi, dan bagaimana cara berpura2 depresi supaya meyakinkan..
Kemudian cerita Diva yang mendatangi sex shop dengan berpura2 berbahasa inggris,
Dia ngomel2 sebentar karena merasa tertular oleh saya dengan selalu bertanya "kenapa" ke semua orang,
Lagi2 subyek diskusi siang itu adalah saya.
Jengah rasanya jadi topik utama sambil dipandangi si Jek.
Kenapa ya mereka itu tidak bosan2nya membahas saya?
Menyesal rasaya tadi saya memilih untuk naik bis
padahal si Jek menawarkan untuk menjemput.
Setidaknya dia bisa saya tatar dulu supaya tidak terlalu ekspresif di depan teman2 saya yang salah satu persamaan mereka adalah penasaran!
Keikut sertaan si jek pun diluar rencana, karena kami para perempuan membuat janji dadakan untuk berkumpul siang itu.
Untung si Jek di tunggu oleh teman2nya di Andora, yang memakan waktu berjam2 mengemudi ke sana, sehingga kemudian saya bisa bebas berbagi cerita tentang serotonin semalam dengan teman2 saya yang penasaran.
Et Alors.... kata mereka setelah dia pergi.
Aneh... kenapa terasa kosong setelah kepergiannya ya?
Feux vert kata Diva, alias lampu hijau!
padahal kupu2 itu sudah mengepakkan sayapnya dan menari2 di perut saya, tanpa menunggu persetujuan dari siapa2.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home