Thursday, October 25, 2007

Imaginasi atau kurang kerjaan?

Ada beberapa skenario yang sering saya putar di kepala, entah apakah itu imaginasi, atau hayalan kosong alias melamun, tapi saya sering menikmati prosesnya dimana seringkali mempengaruhi system kimia di otak saya, saya bisa jadi tertawa, menangis, bahkan orgasme, tanpa harus secara tehnik masturbasi.

Kalau diperiksa oleh dokter jiwa, apakah saya 'melihat' atau 'mendengar', dan mengapa? mungkin beliau ingin tahu fungsi kognitif saya, barangkali untuk mengkategorikan ke gila atau waras, jawabannya adalah tidak, tidak tahu, dan saya tidak punya imaginary friend pula..

Sering saya berusaha menuangkan apa yang ada di skenario itu ke dalam bentuk tulisan, karena waktu TK dulu saya pernah juara lomba mengarang, dan dapat hadiah coklat dan pinsil warna, sebuah hayalan spontan yang tidak pernah saya pikirkan atau putar skenarionya di kepala saya sebelumnya, kisah tiga orang anak perempuan dan nenek sihir, yang detail ceritanya saya sudah lupa.

Tapi saya belum pernah berhasil, imaginasi itu jadi hilang entah kemana, bahkan percakapan yang saya lamunkan, tidak bisa saya tuangkan ke dalam tulisan, kadang rasanya seperti frustrasi, karena, saya ingin mendokumentasikan imaginasi2 itu.

Mama saya dulu sering bilang, imaginasi kamu terlalu jauh, padahal saya tidak mengarang sebuah cerita, hanya membayangkan kemungkinan2 yang bisa terjadi, berdasarkan analisa dan sifat dari tiap individu yang saya kenal, itu barangkali sebabnya mama tidak bilang, jangan berbohong, karena beliau tau bedanya. Beliau tau, saya hanya membayangkan kemungkinan2 yang bisa terjadi, walau akhirnya tidak pernah terjadi, bukan mengganti cerita dari hal yang telah berlalu. Bukan pula sebuah paranoia, karena imaginasi itu tidak selalu hal yang buruk atau mencemaskan, seringkali mereka malah tertawa karena imaginasi itu menjadi komedi tanpa saya bermaksud untuk melucu.

Kadang pula tragis, seperti filem india, misalnya, rahasia keluarga yang akhirnya terungkap dan bagaimana individu itu akhirnya tersadar dan bereaksi, yang tentu saja, sampai sekarang rahasia itu masih aman tertutup rapat, tapi semua orang di keluarga hampir tahu, ibarat rahasia umum, tapi ironisnya orang yang bersangkutan tidak punya setitik ide, karena kami tidak tega untuk membukanya, dan saya berada di generasi berikut yang merasa bukan pada tempatnya untuk membuka rahasia itu, mungkin akan mempengaruhi kebahagiannya?

Dulu saya tidak mengerti, mengapa berbohong, untuk melindunginya? Mungkin akan terus disebut rahasia, selama yang bersangkutan tidak tau. Tidak adil bukan?

Sekarang, barangkali saya sudah mengerti atau mungkin tidak peduli lagi.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home