Saturday, November 03, 2007

Déjà vu

Suara Angie Stone mengalun di antara earphone yang tersambung langsung ke laptop, hmm.. untung earphone ini yang saya bawa, karena bisa memberikan efek stereo dengan basnya yang kentara, sesuai degup jantung teringat sensasi beberapa hari yang lalu.

Oh God, si Angie bilang di liriknya.. I wish I didn't miss you anymore...
Walau tentu saja lirik selanjutnya tidak ada hubungannya dengan cerita kemarin itu.
Tapi bagaimana saya bisa tersentuh oleh lirik spesifik itu, kalau sebelum2nya rasa rindu itu tidak pernah ada pada awalnya?

Rasanya ingin menyumpah2 si individu biang keladi penyebab rasa ini.
Padahal baru saja beberapa hari sebelumnya saya menanggapi dengan rasa terganggu, usaha teman2 saya yang sedang berusaha menjahit luka yang mereka pikir belum tertutup rapat.

Dengan cara uniknya masing2, kalau saya bandingkan dengan seri SITC, empat teman perempuan dengan karakteristik yang berbeda, sebutlah namanya Diva, dia identik dengan si Samantha dengan kelakuan dan pemikiran seksualnya yang bebas dan selalu tampil sensual tapi elegan, berulang2 mengatakan, kamu mau menjadi tua sendirian tanpa anak?

Selalu ada saja yang salah, dan kamu terlalu rumit, kehidupan ini sangat sebentar, nikmatilah selagi bisa!
Si A bau, si B tidak romantis, si C terlalu macho, si D kurang misterius, si E juga bau, si F sok lucu, si G kurang agresif, dan si H terlalu berotot, itu semua cuma ada di kepala, yang penting kan actionnya!

Bah, capek rasanya kadang2, kalau tidak ingat bagaimana lucunya dia mengutarakan pendapat dia yang sering nyerempet ujung, dan aura positif yang selalu dipancarkan olehnya.
Kami tidak pernah punya selera yang sama, maupun pendapat yang sama, tapi kami berteman akrab dan bisa bergantung satu sama lain, menangis dan tertawa bersama.

Buat kamu semua orang itu bau.. kalau tidak ada alasan lain, jawab Octy, yang gayanya bisa saya miripkan dengan si Miranda yang selalu serius dan rasional, dia selalu punya jawaban yang masuk akal walau saya mempertanyakan hal yang aneh sekalipun.
Kamipun tidak mempunyai selera yang sama.

Sementara si Bunga, saya tidak bisa memiripkan dengan siapapun karena dia adalah paduan antara mereka berdua, tapi agak2 lebih fetish dan berada di dunianya sendiri.

Dia bisa tiba2 berdiri dan berjoget sendirian bila dia mendengar musik kesukaannya di latar belakang, walau cuma restoran biasa, walau kita sedang berada di tengah diskusi yang serius dan dia sedang mengutarakan pendapatnya, yang akhirnya cuma tergantung di udara dan kami hanya akan terkesima dengan gaya dansanya yang makan tempat..


Saya bilang, saya harus berasa, saya perlu kupu-kupu !
Saya bilang juga, bila saya tidak punya pilihan lain, maka saya akan pergi ke bank.

Diva bilang, persetan dengan kupu2mu.
Itu cuma halusinasi, bila dia kelihatan sehat dan tidak buruk rupa atau kotor, cukup, tidak usah memperumit prosesnya dengan pergi ke bank, kecuali kalau kamu sudah siap dengan jawaban untuk anakmu nanti.
Octy bilang, untuk apa ke bank? Bukankah ada si XY, kita tahu dia baik, serius, dan sayang anak2?
Kata Bunga, betul, pergi ke bank saja sana, dan kasih nama anakmu bin atau binti X, beres.

OMG... stop! Pertama, siapa yang mengharuskan saya punya anak sekarang? Saya tidak terburu2, dan belum tentu juga tua nanti saya akan sendirian.

Kedua, kalau memang saya memilih si XY, maka saya akan memberikan tabung kosong padanya dan meminta dia menyemprotkan cairan biologis itu ke dalamnya, tidak perlu ada kontak fisik.
Ketiga dan terakhir, saya tidak akan memilih si XY, karena saya ingin kupu2.

Maaf Mama, biarpun engkau telah mengajarkan saya untuk menjadi mandiri dan tidak tergantung pada lelaki, tapi apadaya, kita masih membutuhkan bahan baku dari mereka untuk berkembang biak, dan meneruskan kelestarian spesies ini...

Bedanya teman2 saya itu dengan para tokoh SITC semua sudah berkeluarga dan mempunyai anak2.
Dan jangan coba2 memulai diskusi dengan topik kesetiaan, karena otot urat leher bisa muncul, walau saya tahu mereka setia pada pasangan mereka (diluar itu bukan urusan saya), pendapat2 mereka yang berbeda dan eksentrik, kadang membuat saya bertanya2, mungkin saya kolot dan terlalu konservatif?

Diawali dengan sebuah pretext yang cerdik, seolah2 semuanya telah dikalkulasi dengan sangat hati2, tapi ternyata hanya mengalir alami, sepertinya, telah ditentukan oleh posisi bintang dan planet di langit sana.

Saya mempunyai 5 detik pertama untuk memutuskan dan bereaksi atas apa yang akan saya lakukan, tapi saya membiarkan detik2 itu berlalu, membiarkannya memicu serotonin dari otak saya, sampai mencapai sejumlah kadar, yang kemudian pilihannya tinggal satu, membiarkan serotonin itu mengaliri seluruh tubuh, sampai terasa ke ujung jari, dan mempengaruhi seluruh syaraf motorik dan sensorik yang ada, kemudian menikmatinya.

Pernah, entah kapan di suatu masa, saya mengalami situasi itu, merasakan sensasinya, harum udaranya, indah pemandangannya, tapi saya lupa lagi kapan dan dengan siapa.

Ingin rasanya mengingat2 perasaan déjà vu itu, tapi, saya hanya bisa tersesat dalam waktu.
Akhirnya saya membiarkan diri terseret oleh arus serotonin dan adrenalin di malam itu.

Dan si individu biang keladi itu kemudian hanya menatap sambil tersenyum, dengan tenangnya.
Saya tanya, kenapa kamu tersenyum? Dia bilang, karena saya bahagia.
Bahagia karena telah me''release'' serotonin dari otak saya?
Dia hanya tetap menatap dan tersenyum.

Tolong deh, berhentilah menatap saya dengan mata biru lautmu yang misterius itu, saya bisa tenggelam di dalamnya, dan kemudian tidak tahu apakah saya masih mempunyai cukup kekuatan untuk keluar dari pusarannya.

Karena kupu-kupu itu terasa hadir kembali.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home