Thursday, May 15, 2008

Larmes

Dia tersenyum sewaktu mendengarkan saya bicara,
kemudian menceritakan apa yang dialaminya semenjak januari kemarin..
saya ikut tersenyum juga, tapi air mata saya ikut menetes..
kemudian memeluknya...
Dia bilang, saya tidak menginjinkan lagi air mata saya jatuh..
tidak bisa.. katanya..

Saya tidak bisa menahannya, saya bilang...
air mata saya bisa jatuh begitu saja, walau saya hanya melihat kakek dan nenek berpegangan tangan menyebrang jalan..

Adalah teman setia...
ia bisa ikut bersuka ketika saya bergembira, dan menetes begitu saja..
menemani ketika saya bersedih, mengalir sendiri tanpa saya sadari..
dan juga bisa mengambang di pelopak mata ketika saya terharu, entah itu setelah seorang sahabat mengelus pipi saya, atau ketika seorang teman lama memeluk saya dan menanyakan apa kabar...

Beberapa minggu yang lalu pun, saya melihat seorang kenalan dengan mata sembab, menceritakan kisahnya sambil tak henti dia mengusap pipinya.. air mata yang jatuh begitu saja tanpa bisa dia kendalikan..
Saya ikut mendengarkan... ah hati.. kata teman saya satunya, mengapa begitu rapuh... sambil memandang saya... saya cuma bisa tersenyum, mengiyakan, tanpa terasa air mata ikut mengambang.. tanpa saya sadari...

Kenalan itu bertanya.., kenapa dunia ini tidak adil... mengapa begitu singkat saja saya boleh menikmatinya... semua begitu indah.. mengapa mesti berakhir...
Ah manisku..., seandainya saya juga tau jawabannya... mungkin kita tidak lagi perlu air mata...

1 Comments:

Blogger MamaKuat said...

Kok jadi pengen nangis juga ya setelah ngebaca ini :(

3:00 PM, May 15, 2008  

Post a Comment

<< Home