Follow the rhytm
Sabtu kemarin kami pergi ke Hossegor (lagi 2 hossegor) :p soalnya gratis sih.. cuaca sebetulnya ga terlalu cantik (untuk ukuran orang sini, bukan ukuran orang bogor), tapi karena ada konser Ray Barretto , si raja perkusi salsa biar mulai konsernya jam setengah satu malam, gratis pula, jadi dibela-belain.
Ratih orangnya seneng joget joget, biar ga bisa juga, apalagi salsa. Pernah dua tahun yang lalu, kami bertiga cewek2 nonton konser salsa di Hossegor, kan Hossegor itu tempat mangkalnya para surfer dari berbagai penjuru dunia, sekalian buat temen yang single untuk go public.
Ceritanya begini, hari jumat kita bertiga ngeteh di café di Biarritz trus pelayan cakepnya itu ngasih undangan gratis ke salah satu tempat yang bisa minum gratis sekalian joget2, trus ya kita pergi, karena gratis...
Salah satu teman kami sudah asik joget2 salsa dengan seorang pria yang bisa dikatakan ganteng, ponten 7 lha, dan ada seorang pria yang senyum2 menggoda yang diam saja, Ratih sih duduk tenang, gemes karena penuh tempatnya.
Ternyata mereka berteman, setelah ngobrol2 ternyata mereka dokter kinetherapi (tukang pijit dong.. :p) dan juga surfer, akhirnya kesampaian juga niat teman itu untuk menggaet surfer.
Karena satu2nya yang sudah pake cincin kawin, saya berani ngajak mereka untuk nonton konser salsa besoknya di Hossegor.
Singkat cerita akhirnya kita bertemu, ternyata si teman itu lebih suka joget salsa sama seorang pria anonim yang akhirnya kami sebut Gerard Jugnot, itu lho yang jadi guru di film the choriste, karena dia jago salsa, jadinya dua pria yang lumayan ganteng itu dicuekin karena menurut teman itu dia kurang jago.
Ratih orangnya seneng joget joget, biar ga bisa juga, apalagi salsa. Pernah dua tahun yang lalu, kami bertiga cewek2 nonton konser salsa di Hossegor, kan Hossegor itu tempat mangkalnya para surfer dari berbagai penjuru dunia, sekalian buat temen yang single untuk go public.
Ceritanya begini, hari jumat kita bertiga ngeteh di café di Biarritz trus pelayan cakepnya itu ngasih undangan gratis ke salah satu tempat yang bisa minum gratis sekalian joget2, trus ya kita pergi, karena gratis...
Salah satu teman kami sudah asik joget2 salsa dengan seorang pria yang bisa dikatakan ganteng, ponten 7 lha, dan ada seorang pria yang senyum2 menggoda yang diam saja, Ratih sih duduk tenang, gemes karena penuh tempatnya.
Ternyata mereka berteman, setelah ngobrol2 ternyata mereka dokter kinetherapi (tukang pijit dong.. :p) dan juga surfer, akhirnya kesampaian juga niat teman itu untuk menggaet surfer.
Karena satu2nya yang sudah pake cincin kawin, saya berani ngajak mereka untuk nonton konser salsa besoknya di Hossegor.
Singkat cerita akhirnya kita bertemu, ternyata si teman itu lebih suka joget salsa sama seorang pria anonim yang akhirnya kami sebut Gerard Jugnot, itu lho yang jadi guru di film the choriste, karena dia jago salsa, jadinya dua pria yang lumayan ganteng itu dicuekin karena menurut teman itu dia kurang jago.
Selama kejadian itu, ratih sibuk dengan keluarga dari Cuba, seorang ibu dan anak perempuannya, dan mereka menari dengan hati, tanpa menghitung langkah yang walaupun keliatannya jadi sangat spektakuler dan indah sekali, tapi tidak seindah perempuan Cuba dan anaknya, dan mereka bilang, menarilah dengan hati, just follow the rhytm.
Seperti konser yang hari sabtu kemarin kita lihat, para pemusik menari dengan hati, tanpa menghitung langkah dan terlihat menyatu dengan darah dagingnya, tanpa terasa kaki ikut bergerak seiiring dengan dentuman perkusi ajaib dari Ray Barretto, kata si sayang, tuh kamu bisa dansa salsa, hhmm, cuma goyang goyang saja, ikut irama, tapi kalau harus putar2 seperti yang kita lihat sangat spektakuler, saya tidak bisa..
Tidak penting, ikut saja irama, irama musik, irama kehidupan, dan ijinkan hati membimbing.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home